Satu lagi tontonan yang membikin heboh dunia layar lebar tanah air. Film 2012, garapan sutradara Roland Emmerich, sebuah film yang menggambarkan kehancuran yang maha dahsyat atas kehidupan di bumi berhasil menyedot perhatian penonton di bioskop-bioskop kota besar tanah air. Anterian penonton membeludak dan memanjang bak barikade pasukan. Pengelola bioskop pun merespon antusias penonton ini dengan meningkatkan jam putar menjadi empat sampai lima kali sehari, bahkan ada juga yang memutar film ini di dua sampai empat studio sekaligus. Setidaknya itulah fenomena yang terlihat sejak hari pertama penanyangan film ini, jumat tiga belas november dua ribu sembilan silam.
Berikut sinopsis dari film 2012 yang saya kutip dari Kompas.com…… Film diawali dengan adegan yang berlokasi di India. Seorang ilmuwan setempat, Dr Satnam Tsurutani (Jimi Mistry), menemukan fakta bahwa inti dari kulit bumi mengalami kenaikan suhu karena efek yang diakibatkan oleh sebuah ledakan besar di permukaan matahari (sun flare). Menurut perhitungan para ahli, dampak ledakan itu membuat gerakan pada inti bumi. Akibatnya, lempeng bumi yang selama ini menopang daratan di bumi bakal patah dan akan mengakibatkan gempa bumi yang sangat dahsyat. Atas dasar perhitungan itulah, Dr Adrian Helmsley (Chiwetel Ejiofor), sahabat Dr Satnam, membuat laporan ke Gedung Putih bahwa kiamat akan tiba. Adrian bertemu kepala staf presiden, Carl Anheuser (Oliver Platt). Carl yang semula meremehkan temuan bumi terus memanas itu langsung terkejut dan merespons.
Temuan tersebut kemudian dibawa ke pertemuan negara-negara G8 di tahun 2010. Dalam kesempatan itu, Presiden Amerika Serikat Thomas Wilson (Danny Glover) menyampaikan kepada para petinggi dunia bahwa bumi akan dilanda musibah besar terkait inti bumi yang terus memanas. Sejak itu dimulailah sebuah rencana besar. Semua negara sepakat memilih China sebagai tempat untuk membuat sejumlah bahtera besar, barangkali mirip bahtera Nabi Nuh, yang tak lain akan digunakan saat bencana besar tiba.
Sementara itu, diceritakan kisah lain tentang kehidupan seorang penulis buku berjudul Farewell Atlantis, Jackson Curtis (John Cusack). Ia datang ke rumah mantan istrinya, Kate Curtis (Amanda Peet), untuk menjemput anak mereka, Noah (Liam James) dan Lily (Morgan Lily), berkemah. Dengan limusin, mereka tiba di lokasi perkemahan Yellowstone. Namun, setibanya di sana ada tanda larangan masuk menuju danau Yellowstone. Curtis dan kedua anaknya nekat menerobos larangan itu. Di sana mereka kaget karena danau tersebut lenyap karena pemanasan bumi. Saat berkemah, Curtis bertemu Charlie Frost (Woody Harrelson), seorang penyiar radio yang berpenampilan seperti orang gila. Charlie memberitahu bahwa bumi akan segera dilanda bencana dahsyat. Lewat Charlie juga Curtis tahu bahwa Charlie punya peta lokasi pesawat yang bisa menyelamatkan manusia dari bencana itu.
Curtis pun terpaksa pulang lebih cepat, ketika mantan istrinya meminta agar anak-anak segera kembali. Kate sedikit trauma karena ia baru saja mengalami gempa. Setelah anak-anak kembali ke rumah ibunya, Curtis kembali bertugas mengantar anak kembar bosnya, Yuri Karpov (Zlatko Buric). Curtis mulai memercayai omongan Charlie tentang kiamat saat dia menyaksikan jalan di bandara terbelah karena gempa. Curtis lalu berinisiatif menyewa pesawat dan seorang pilot untuk menyelamatkan keluarganya dengan bayaran jam tangan mahal miliknya.
Setelah berhasil menyelamatkan keluarganya plus pacar Kate, Gordon Silberman (Tom McCarthy), Curtis segera memacu limusinnya ke bandara. Penonton diajak menahan napas melihat mobil mewah itu meliuk-liuk menghindari gedung-gedung yang runtuh serta jalanan yang menganga karena gempa dahsyat. Rombongan ini pun tiba di bandara. Namun sial, pilot yang disewa Curtis tewas. Akhirnya, Gordon yang pernah kursus pilot didapuk menjadi pilot dadakan. Berpacu dengan waktu, pesawat itu pun akhirnya bisa mengudara. Dari dalam pesawat mereka melihat bencana yang luar biasa. Semuanya hancur dan luluh lantak.
Di Gedung Putih, Dr Adrian mendapat kabar bahwa kenaikan suhu inti bumi terus naik dengan cepat. Hal ini membuat Adrian terkejut lantaran perkiraannya meleset. Kiamat datang lebih cepat. Pemerintah pun segera melakukan penyelamatan. Sayang, Presiden Thomas menolak dievakuasi ke China. Ia memilih tinggal bersama rakyatnya. Akhirnya sebuah tsunami setinggi ribuan meter menghantam Gedung Putih dan seisinya. Bahkan saking dahsyatnya, kapal induk John F Kennedy CV-63 pun terpental hingga menghantam Gedung Putih.
Gempa dan tsunami terjadi di seluruh belahan dunia. Bumi mengalami kehancuran total. Diceritakan bahwa kutub selatan dan utara telah bergeser. Semua daratan bergeser sejauh ribuan mil dari lokasi semula. Dalam bencana itu, hanya sedikit yang bisa selamat, termasuk rombongan pesawat Air Force One yang bergerak ke China, menuju “Bahtera Nuh” dibuat. Ternyata tanpa disangka Curtis dan keluarganya bisa sampai China menggunakan pesawat Antonov yang dipiloti Shasha, anak buah Yuri, dan Gorgon sebagai kopilot. Rombongan Curtis kemudian ditinggal oleh Yuri dan anak kembarnya karena mereka punya tiket naik ke kapal besar tersebut. Dalam keputusasaannya, Curtis dan keluarga mendapat tumpangan seorang biksu yang ternyata menuju ke bahtera raksasa itu.
Di sini kembali penonton dibuat tegang karena mendadak pintu kapal dibuka. Gordon pun menjadi korban. Tapi saat pintu kapal akan ditutup lagi, sebuah perkakas jatuh dan mengganjal roda penggerak pintu. Mereka yang di dalam kapal panik karena mesin tidak bisa dinyalakan jika pintu masih terbuka. Padahal saat itu, sebuah tsunami setinggi gunung sudah menuju ke arah kapal itu.
Sebegitu dahsyatnya daya tarik film yang konon kabarnya memakan biaya produksi mencapai 200 juta dolar ini, sampai dua hari setelah pemutaran perdananya sebagian besar facebooker menulis status mereka tentang film ini. Berbagai komentar pun bermunculan, termasuk pro kontra atas film ini juga menjadi bumbu penyedap tulisan atau berita yang disampaikan oleh para awak media baik cetak maupun tulis. Hal yang menjadi daya tariknya adalah bahwa film ini kemudian dikaitkan dengan “ramalan” kiamat yang diprediksi dari penanggalan Suku Maya terjadi pada 21 Desember 2012. Topik itu kemudian mengemuka dan menjadi judul pemberitaan baik di media cetak maupun elektronik. Lalu apakah benar demikian?
Jika kita baca di internet, berita mengenai fenomena yang akan terjadi di tahun 2012 santer diulas, bahkan ada yang menyebutkan bahwa tahun 2012 penuh dengan kontroversi. Salah satu ulasan menyebutkan bahwa dalam sebuah buku yang berjudul Apocalypse 2012 yang ditulis oleh Lawrence E. Joseph (2007) –seorang penulis berdarah Lebanon yang menjabat sebagai Ketua Dewan Direksi Aerospace Consulting Corporation di New Mexico– memaparkan tentang kemungkinan terjadinya bencana alam di tahun tersebut.
Bencana itu antara lain siklus aktivitas matahari yang memuncak di tahun 2012 yang menyebabkan panas yang luar biasa di bumi, terlebih atmosfer kita sudah mengalami penipisan dan bolong di beberapa bagian sehingga selain memanaskan bumi dengan radikal juga melelehkan es di kutub dan juga menimbulkan badai serta topan yang dahsyat. Medan magnet bumi yang berfungsi sebagai pertahanan utama bumi terhadap radiasi sinar matahari mulai retak bahkan ada yang sampai sebesar kota California di sana-sini. Pergeseran kutub juga tengah berlangsung. Tata surya kita tengah memasuki medan awan energi antar bintang. Awan itu mengaktifkan dan merusak keseimbangan matahari serta atmosfer planet-planet.
Ramalan yang cukup menarik dan seperti disinggung diatas menjadi sumber dari alur cerita yang diangkat dalam film 2012 adalah ramalan Suku Maya. Di dalam kalendernya Suku Maya dengan detil mengungkapkan jika tahun 2012 merupakan akhir sekaligus awal zaman baru. Suku Maya merupakan salah satu suku kuno di dunia ini yang dikenal sebagai suku yang sangat detil memperhatikan dan menghitung bintang-bintang dan benda langit lainnya. Yang namanya ramalan tetap saja penuh ketidakpastian. Ramalan sebelumnya menyebutkan kiamat akan terjadi pada May 2003, namun ketika pada saat itu tidak ada yang terjadi, tanggal ramalan kemudian direka-reka lagi menjadi 2012.
Sebenarnya masih banyak ulasan tentang fenomena yang akan terjadi di tahun 2012. Dan anehnya ulasan seperti di atas mengarah pada kesimpulan bahwa di tahun 2012 disebut sebagai akhir zaman, atau kiamat. Badan Luar Angkasa Amerika Serikat, NASA, sendiri belakangan menegaskan ramalan bahwa kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012 tidak berdasar. NASA dengan gencar melakukan kampanye kecil-kecilan untuk menangkal rumor yang sudah cukup lama beredar.
Kembali kepada film 2012, visualisasi yang sedemikian bagus terhadap gambaran sebuah bencana yang maha dahsyat tidak dapat dipungkiri akan membawa alam pikiran kita menerawang dan menggiring kepada situasional ketakutan, bahkan yang lebih jauh lagi menjadi pembenaran atas isue yang berkembang tentang apa yang akan terjadi di tahun tersebut. Pihak produser film ini memang sangat pandai mengambil momentum. Mungkin jika tidak ada momentum tersebut film ini tidak akan seheboh sekarang. Kita bisa mengambil contoh dari penanyangan film bertajuk sama, The Day After Tommorow, Deep Impact, dan Independent Day. Karena waktu itu tidak mengemuka ramalan akan kiamat, maka orang kemudian melihat kesuksesan penanyangan film-film tersebut murni dari visual effect yang ditampilkan.
Seperti film-film pendahulunya, film 2012 menggambarkan kejadian atas sebuah bencana. Pokok persoalannya adalah pengangkatan alur cerita bencana ini diambil dari sebuah ramalan yang sampai sekarang menjadi kontroversial. Kondisi inilah yang kemudian dikhawatirkan oleh sebagian lembaga akan merusak atau memutar balikkan keyakinan orang tentang kejadian hari kiamat yang sesungguhnya. Sehingga munculnya permintaan supaya pemerintah meninjau ulang ijin penanyangan film ini di bioskop-bioskop di tanah air, bahkan permintaan tersebut mengarah kepada larangan.
Sebenarnya tidak ada alasan untuk melarang orang menyaksikan film ini. Film ini murni menggambarkan kejadian bencana alam yang sangat amat dahsyat. Namun layaknya sebuah film, sedemikian hebatnya efek yang ditampilkan pasti mempunyai sisi kelemahan. Jika kita ikuti alur ceritanya secara cermat, beberapa kejadian yang diangkat dalam film ini sangat mudah untuk ditebak, dan kondisi itu murni menggambarkan dampak dari sebuah bencana. Mereka yang berada dalam bahtera yang notabenenya sudah dipersiapkan untuk menghadapi ramalan bencana besar tersebut pun tetap hidup tanpa melalui proses kehancuran sedikitpun. Hal ini tentunya amat jauh berbeda dengan gambaran kiamat atau akhir zaman dalam arti sesungguhnya.
Saya sendiri agak gamang untuk membahas lebih lanjut kaitan ramalan-ramalan atau cerita yang coba diangkat dalam film 2012 tersebut dengan kiamat dalam arti sesungguhnya. Batas kemampuan saya rasanya belum begitu cukup mumpuni untuk ikut berkesimpulan. Sah saja kemudian setiap individu yang menonton film tersebut menjadikan cerita yang diangkat sebagai pengingat tentang hari akhir. Meski didukung dengan perhitungan yang kuat, bagi saya ulasan-ulasan ataupun cerita yang diangkat dalam film tersebut didasarkan pada hasil pemikiran manusia. Sementara dalam ajaran agama yang saya anut dan yakini bahwa apa yang disebut dengan kiamat sudah diinformasikan secara jelas, terutama dari tanda-tandanya. Dan kapan kiamat akan terjadi, tidak ada seorang pun yang tahu dan diberikan kuasa untuk mengetahuinya. Bisa tahun depan, seminggu lagi, besok, bahkan dua detik lagi, entahlah.
Semoga ga jadi beneran
Jadi gak jadi…yang penting kesiapan kita mas….:-)