Lifestyle

“Berbagi dan Bersatu dalam Keragaman”

GOSTAGE.com – Minggu lalu, anak saya yang baru berusia tiga setengah tahun tiba-tiba bertanya “Papa, kenapa sih kuis satu dua tiga kesukaan dede cuma ada di nomor tujuh?”. Pertanyaan itu mengalir dari mulut mungilnya ketika kami berdua sedang asyik menonton tayangan kuis tersebut di salah satu stasiun televisi lokal, tiba-tiba diselingi iklan alias commercial break. Si kecil kami protes dan mencoba memencet tombol nomor yang lain pada remote control.

Saya mencoba menjelaskan dengan kalimat yang bisa dimengerti oleh anak seumur dia.

“Dede, TV dede di rumah ada berapa?”

“Satu Papa”

“Nomor di remote itu ada berapa?”

“Mmm… sembilan Papa..”

“Tadi waktu dede pencet, nomor satu sampai sembilan acaranya sama nggak?

Nggak Papa…beda-beda..”

“Terus… Papa uda pernah bilang kan kalau nama stasiun TV nya juga banyak, ada RCTI, ada SCTV, Trans TV, AnTV, Global TV, TPI, Indosiar, Trans7, ada juga MetroTV…. iya kan?”

“Iya Papa…”

“Nah… itu namanya berbagi…. Dede di sekolah juga diajarin oleh Bu Guru supaya berbagi dengan teman-teman dede, iya kan?”

“Mmm… iya Papa….”

“Coba Papa tanya lagi… teman-teman dede di sekolah ada berapa?”

“Mmmm… ada…mmm… enam Papa…”

“Semuanya sama nggak?”

“Ya nggak Papa, teman dede di sekolah kan ada yang perempuan… ada yang laki-laki…”

“Kelasnya ada berapa?”

“Satu Papa….”

“Terus kalau masuk kelas suka rebutan kursi nggak?”

“Iya Papa… tapi semua-nya kebagian kok Papa, dede aja kadang dapat kursi yang gambar beruang, terus kadang dapat yang gambar bebek.

“Naah… sama dengan TV dede…. TV-nya kan ada satu, terus nomor di remote-nya ada sembilan, masing-masing nomor TV dan acaranya berbeda, jadi mereka berbagi… supaya semuanya bisa tampil. Makanya kenapa acara kuis satu dua tiga dede cuma ada di stasiun TV nomor tujuh…. begitu cantiiiik…..”

“Oooo begitu ya Papa…., tapi kenapa tadi kuisnya diganti oleh om-om yang joget-joget itu Papa”

“Itu namanya iklan… iklan itu yang ngebayarin acara kuisnya dede, kalo iklannya nggak boleh muncul.. kuis dede juga nggak muncul… coba sekarang dede pindahin lagi ke nomor tujuh…pasti kuisnya muncul lagi…”

“Ee iya Papa, tuuu… kuis satu dua tiga-nya muncul lagi….. diiiiiiil or no diiiiiiiiil…..”

Berbicara tentang keragaman, padanan kata ini bisa muncul dalam situasi dan kondisi yang paling sulit atau paling sederhana sekalipun dalam lingkungan dan kehidupan kita. Diskusi yang terjadi antara saya dengan anak saya di atas adalah contoh sederhananya.

Menjelaskan keragaman kepada kawan bicara juga tidak mudah, perlu cara dan strategi tersendiri yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi waktu itu.  Saya katakan “kawan bicara” (bukan “lawan bicara”) supaya konotasi kita selalu pada arah yang positif.  Mengapa demikian? Karena harus disadari bahwa kawan bicara kita berasal dari berbagai kelompok yang berbeda, baik dari tingkatan umur, jenjang pendidikan, profesi, bahasa, suku, adat istiadat maupun keyakinan.

Penjelasan yang salah dapat berdampak pada interpretasi yang salah. Kondisi terparah adalah berujung pada penolakan, perselisihan, pertikaian atau perpecahan. Sebaliknya, penjelasan yang benar dapat membawa dampak kepada penerimaan, persahabatan, atau persatuan. Kondisi ini bisa tercipta mulai dari lingkungan teman, keluarga, kantor, komplek perumahan, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara, bahkan antar negara.

Pertanyaan anak saya di atas mau tidak mau membuat saya harus memutar otak, bagimana caranya memberikan penjelasan yang sederhana supaya bisa diterima dengan mudah oleh pikirannya dan sekaligus menjadi bahan pembelajaran buat dia tentang arti berbagi, bersatu dan keragaman itu sendiri.

Situasi yang terkadang sulit untuk dijelaskan dan diterapkan adalah bagaimana kita bisa berbagi dan bersatu dalam sebuah keragaman.

Saya ambil contoh kegiatan yang sedang kita bicarakan, yaitu ngeblog. Saya yakin seratus bahkan seribu persen dari kita sepakat kalau kegiatan ngeblog di dunia blogging merupakan contoh nyata atas sebuah keragaman. Pada perkembangannya kita juga sadar bahwa dengan ngeblog kita bisa berbagi dan bersatu.

Saya sendiri mulai ngeblog pertengahan Agustus 2008. Kala itu yang terpikir dalam benak saya adalah bagaimana menuangkan tulisan atau ide kreatif lainnya dalam blog yang akan saya buat, belum berpikir ke arah apa manfaat atau kegunaan dari kegiatan ngeblog itu sendiri. Artinya ego pribadi dan kepentingan pribadi masih mengedepan.

Seiring dengan perjalanan waktu dan kebutuhan untuk memoles tampilan blog yang dibuat, saya pun mulai membuka dan membaca blog-blog tetangga, untuk sekedar mengetahui apa yang dilakukan atau ditampilkan pemilik blog tersebut atas blog-nya.

Semakin banyak blog yang saya buka semakin membuat saya pusing. Begitu beragamnya jenis blog dan juga informasi serta tema yang ingin disampaikan oleh masing-masing pemiliknya. Namun dari sini saya tahu bahwa saya pun harus membuat satu blog yang berbeda dan mempunyai ciri tersendiri.

Saya kemudian mulai mencari tutorial bagaimana cara memperlakukan blog. Pelan tapi pasti saya pun mengetahui perlunya untuk mengumumkan keberadaan blog kita kepada yang lain. Kemudian saya juga mulai memahami betapa pentingnya informasi yang kita tulis bagi orang lain. Hal ini saya pahami ketika menerima tanggapan pertama kali atas satu tulisan yang saya posting.

Dari sini saya menemukan kondisi bahwa ternyata ngeblog itu mengasyikkan. Keragaman jenis tema dan tampilan blog yang awalnya membuat saya pusing justru berbalik menjadi kekayaan informasi yang bisa saya serap untuk menentukan bagaimana cara bersikap, khususnya dalam menempatkan diri sebagai seorang blogger yang bertanggung jawab, dengan isi tulisan dan informasi yang juga harus bisa dipertanggungjawabkan dan bisa dinikmati serta bermanfaat bagi orang lain.

Pengalaman yang saya tuliskan di atas mungkin menjadi pengalaman rekan blogger yang lain ketika pertama kali mengenal atau memulai kegiatan ngeblog. Kondisi ingin menunjukkan, ingin berbagi dan juga ingin dihargai pasti akan dirasakan oleh kita.

Pada tahap berikutnya muncul keinginan untuk bersatu atau mempersatukan ide-ide dari sebuah kondisi kesamaan atas keragaman yang ada, misalnya kesamaan atas keragaman hobby, wilayah tempat tinggal, profesi, atau lainnya. Muncul apa yang kemudian kita sebut dengan komunitas blogger atau blog komunitas.

Dalam sebuah komunitas blogger atau blog komunitas, semua keragaman yang muncul dipersatukan alias bersatu atas satu kesamaan. Walah, kalimatnya kok jadi ruwet ya? Tapi intinya kira-kira begitu. Kesamaan hobby potret memotret misalnya, memunculkan komunitas blog foto. Kesamaan wilayah tempat tinggal membentuk komunitas blogger berdasarkan wilayah itu sendiri, dan lain sebagainya.

Ketika berbicara mengenai komunitas blogger maka semakin jelas keragaman yang ada. Masing-masing komunitas membawa dan mempunyai kekhasan tersendiri. Sehingga butuh suatu momentum dimana keragaman tersebut bisa dibagi dan sekaligus dipersatukan dengan mengedepankan kepada pemahaman dasar bahwa meskipun beragam kita semua adalah blogger. Momentum tersebut tertuang dalam sebuah perhelatan besar (yang sebentar lagi juga akan kita hadapi), yaitu pesta blogger.

Pesta blogger, dari judulnya saja sudah ketahuan pesta nya para blogger. Artinya, ya… para blogger berpesta.

Bagi saya pribadi, pesta blogger 2009 adalah merupakan titik awal yang membuat saya merasa bangga menjadi seorang blogger. Kenapa saya katakan demikian? Perhelatan itu seperti menjadi layar bagi saya supaya bisa menyaksikan betapa beragam dan besarnya dunia ngeblog yang saya jalani. Tidak berlebihan kemudian jika saya katakan pesta blogger 2009 tersebut sebagai “Paket Perdana yang Penuh Kesan“. Namun kesan ini hanya berlaku untuk saya, mungkin buat blogger lain kondisinya berbeda.

Dalam perhelatan tersebut saya melihat bahwa seorang Tifatul Sembiring sebagai Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia saja mau menyempatkan diri untuk datang dan membuka acara. Ini artinya perhelatan tersebut tidak main-main. Pejabat negara -yang notabene mewakili unsur birokrat- pun menunjukkan pengakuan dan dukungannya bahwa kegiatan ngeblog itu bukanlah sekedar kegiatan iseng belaka, tapi bisa dijadikan sebagai sebuah gerakan positif dalam mendukung tumbuh kembangnya arus informasi di negara kita tercinta bahkan di ajang internasional.

Setelah acara tersebut saya bahkan sempat berpikir dan bertanya dalam hati, kapan ya kira-kira pestanya para blogger dibuka oleh seorang Presiden? Hahaha… mungkin saya terlalu berandai-andai, tapi mungkin saja hal ini bisa dijadikan wacana untuk diwujudkan menjadi kenyataan.

Kendati dijadikan sebagai ajang pertemuan akbar, pesta blogger tidak hanya sekedar perayaan. Dari segala kondisi ingin menunjukkan, ingin berbagi, ingin dihargai dan ingin bersatu yang dirasakan oleh seorang blogger dan komunitasnya tertumpahkan dalam momentum ini. Setiap blogger membawa ciri khas nya sendiri, setiap komunitas juga mengusung coraknya sendiri. Sekali lagi, itulah keragaman. Keragaman yang tercipta dan kita ciptakan sendiri.

Akhirnya, penjelasan sederhana dari pertanyaan anak saya atas tayangan acara kuis di salah satu stasiun televisi, pengalaman saya dalam memulai dan memahami keragaman dalam dunia blogging, dan pesta blogger yang bisa dikondisikan sebagai wujud dari perayaan sebuah keragaman, semoga saja semakin menyadarkan kita bahwa keragaman bisa kita temui dimana dan kapan saja. Keragaman tidak melulu membuat kita berbeda satu dengan lainnya, tapi justru sebaliknya, dalam keragaman kita bisa berbagi dan menemukan persatuan.

Advertisement

About Admin

Music, Event, Traveling & Lifestyle News and Photography

Discussion

One thought on ““Berbagi dan Bersatu dalam Keragaman”

  1. wah… Mbah Jiwo…. tararengkiyu mbah sudah mampir ke gubug saya…. semoga tulisannya always kretif yo mbaah….:-)

    Posted by zasmiarel | 19 October 2010, 7:36 pm

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s


Copyright © 2023 GO-STAGE.com Email: info@go-stage.com

%d bloggers like this: