GOSTAGE.com – Kecak adalah salah satu tarian khas asli Bali. Bicara pementasan kecak merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bali, mau mancanegara maupun wisatawan lokal. Pada kesempatan kunjungan ke Bali saya pun menyempatkan diri untuk menyaksikan penampilan para penari kecak. Ada beberapa lokasi wisata di Bali yang menggelar pertunjukkan tarian kecak, seperti kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan Tanah Lot. Pertunjukkan ini biasanya dilakukan setelah matahari terbenam. Tanggal 25 September 2014, ketepatan saya berkunjung ke Tanah Lot untuk mengabadikan nuansa sunset. Kesempatan ini tentunya tidak saya sia-siakan untuk menyaksikan pementasan tarian kecak setelahnya.
DI Tanah lot sendiri pementasan Tarian Kecak dilakukan tiap hari, waktunya sekali lagi setelah matahari terbenam. Untuk dapat menyaksikan tarian kecak ini kita harus merogoh kocek tambahan sebesar lima puluh ribu. Lokasi pertunjukkan tidak terlalu besar, tepatnya sebesar lapangan bulu tangkis. Selain hadir untuk menyaksikan niat utama saya adalah untuk mengabadikan. Agak khawatir juga dengan kondisi pencahayaan yang sangat minim. Namun karena sudah bertekad bagaimana caranya ya harus bisa memotret.
Para penonton yang hadir bersama saya lumayan banyak juga. Di sebelah kiri saya kebetulan turis dari Jepang dan di kanan saya adalah pasangan suami istri dari Australia. Sama seperti saya, mereka dan semua penonton yang hadir disana sangat antusias menyaksikan jalannya pementasan. Benar saja, kekhawatiran saya terbukti, sepanjangan pementasan yang berdurasi sekitar satu jam penuh, pencahayaan sangat minim, dan bagi yang tidak terbiasa dengan nuansa pertunjukkan kontemporer maka jalannya pementasan ini akan sangat membosankan. Namun semakin berlangsung pertunjukkan semakin mengasyikkan. Meskipun dikemas secara sederhana, entah mengapa saya merasakan alurnya sangat menarik. Saya sesekali melihat penonton yang lain, sama seperti saya…semuanya begitu menikmati sampai dengan akhir cerita.
Yang menarik lagi adalah, setelah pertunjukkan usai, penonton diberi kesempatan untuk berpoto dengan para pelaku cerita dalam suasana yang dibuat sangat akrab. Bagi saya pribadi, inilah pertunjukkan seni kontemporer pertama yang saya tonton yang dikemas secara sederhana, tapi begitu menimbulkan kesan menarik dan menonjolkan kekhasan dari salah satu budaya Indonesia.
Bagi yang hendak mengabadikan seperti saya, sedikit tips dari saya, khususnya jika berkesempatan menyaksikan pementasan tarian kecak di Tanah Lot. Datang lebih awal supaya bisa memilih lokasi duduk di baris terdepan dan di posisi tengah sehingga kita bisa leluasa untuk mengambil gambar. Meskipun kita diperkenankan untuk memotret, tidak ada salahnya kita bertanya kepada petugas di loket jaga apakah boleh memotret dengan menggunakan lampu blitz (flash) atau tidak, sehingga tidak mengganggu jalannya pementasan. Karena kondisi cahaya yang minim, maka pilihan penggunaan lensa dengan bukaan besar akan sangat mendukung dan jika ternyata tidak diperkenankan menggunakan lampu blitz (flash), maka memakaian kamera dengan hasil yang baik di ISO tinggi juga akan sangat membantu. Pada foto-foto saya, kebetulan diambil dengan Canon EOS 6D (full frame) dengan lensa yang berbukaan maksimal F/4 tanpa menggunakan lampu flash (karena memang belum punya..hehehe). Dengan kondisi pencahayaan yang sangat minim dan ditambah para penari sebagian besar dalam alur cerita terus bergerak, saya akhirnya memakai ISO tinggi (sampai dengan ISO 8000) untuk foto foto saya. Demikian sedikit tips dari saya, semoga bermanfaat.
ajakin saya ke bali donk om 😀
Danan…..siaaaaaaap, bisa saya ajakin ente, tapi siapin tiket buat gw yaaa brooo…..:D
Okeh tapi ente ane rentalin dulu ke tante2
Danaaaaaan…bujug buneng….ente mau rentalin gw ke tante tantee….. mauuuuuuuuuuuuuuu..:D
Baiklaaaahhhh ( angkat alis satu ala germo)
Danan…. aku tunggu yaaaaaa (kedip kedip ala tweety bird)…..:D
Wkakakakkakak kodenya nyeremin