Kisah Malik dan Fatimah dalam Pagelaran Tari Rantau 2018

GO-STAGE.com – Seni Gerak Budaya (SGB), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) bekerjasama dengan Amertha Bhavani kembali mengadakan Pagelaran Tari 2018 di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Indonesia, pada 13 Mei 2018.

SGB FEB UI merupakan unit kegiatan fakultas yang bergerak di bidang tari dan musik tradisional dan menjadi wadah bagu mahasiswa/mahasiswi FEB UI untuk menyalurkan bakat dan kecintaannya terhadap tari tradisional sejak tahun 2004. Pagelaran tari yang diadakan setiap tahunnya disamping menjadi salah satu bukti nyata keseriusan unit kerja ini dalam melestarikan tarian dan musik tradisional, juga dalam rangka tujuan Misi Budaya ke luar negeri, seperti ke Republik Ceko (2012), Spanyol (2015), Polandia (2016), dan Denmark (2016).

Pada pagelaran tari tahun 2018 ini, tema yang diusung adalah “RANTAU”. Pagelaran ini menjadi debut dari rangkaian tujuan Misi Budaya 2018 yang akan diadakan pertengahan tahun ini ke Belanda dan Polandia. Pada kesempatan pembukaan, Michael Jaya Saputra selaku Project Officer Pagelaran Tari 2018 dan Azaria Ekaputri, selaku Project Officer Misi Budaya 2018, menyampaikan ungkapan terima kasih kepada penonton yang telah antusiasme datang menghadiri pertunjukan. Hal senada juga disampaikan  oleh Kepala Pusat Kegiatan Mahasiswa FEB UI, Pribadi Setiyanto, juga memberikan sambutan dan apresiasi terkait pelaksanaan Pagelaran Tari 2018.

Tema “Rantau” menceritakan tentang seorang pemuda bernama Malik yang bermaksud hendak meninggalkan kampung halamannya berkelana ke beberapa daerah di nusantara. Disamping meninggalkan tanah kelahirannya, pemuda Malik juga meninggalkan Ibu dan kekasihnya bernama Fatimah.

Dibuka dengan tarian pembuka, Rantau dikemas begitu apik dan ceritanya mengalir dengan sangat harmonis. Segmen demi segmen juga bisa mewakili dan menyampaikan misi dari tema yang diangkat. Dalam cerita itu, Malik berjanji pada kekasihnya Fatimah untuk pulang dan mempersuntingnya.

Perjalanan mulai dari proses berpamitan kepada sang Ibu dan sang kekasih, capaian dari upayanya dalam mendapatkan hasil pertama, suasana kerinduan seorang kekasih kepada pujaannya diperantauan, kekhawatiran seorang Ibu, kabar yang tersampaikan melalui surat yang mulai memudar, kepastian jawaban akan hubungan yang tidak kunjung pasti dari sang pujaan yang sudah mulai merasakan nikmatnya menuai hasil di perantauan alur ceritanya disusun begitu baik dan mampu memainkan emosi penonton yang menyaksikan.

Pagelaran tari ini diarahkan oleh Lydia Devi Nursanthi dengan musik yang ditata oleh Rizki Aidul Akbar dan naskah yang ditulis oleh Bintang Pradipta. Tarian yang dibawakan berasal dari berbagai daerah Indonesia, mulai dari tari Saman asal Aceh yang merupakan cerminan keagamaan, sopan santun, pendidikan, kebersamaan, kekompakan, dan kepahlawanan, hingga tarian Tifa dari tanah Papua yang mengekspresikan kegembiraan, keinginan, dan keramahan. Setiap segmen menampilkan keberagaman tarian yang begitu memperkuat tema “rantau” yang dibawakan.

Gelaran tari Rantau ditutup dengan segmen haru biru manakala pemuda Malik harus menerima kenyataan bahwa sang kekasih hatinya Fatimah akhirnya harus tunduk pada keadaan disunting oleh pemuda lain. Buah hasil diperantauan yang seharusnya menjadi buah berita bahagia yang ingin ditunjukkannya kepada Ibu dan kekasihnya malah sebaliknya berbuah penyesalan karena penundaan pemberian keputusan atas jalinan kasih mereka. Suasana haru biru itu menjadi penutup bagi kisah Malik dan Fatimah.

Sebagai penutup, digelar tarian dan diiringi pengenalan seluruh pemain beserta kru-kru yang terlibat, termasuk para pemain alat musik. Mereka inilah yang nantinya akan berangkat ke dua negara benua Eropa dalam rangka Misi Budaya 2018.

Photo by: Zasmi Arel