GO-STAGE.com – Tanggal 3 Desember 2013 lalu, saya mendapat undangan untuk menghadiri dan meliput pameran tunggal seni patung dan lukisan karya dari Amalia Sigit. Pameran yang bertajuk “Pulp Fiction” ini diselenggarakan di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki. Beruntung saya bisa hadir pada waktu tersebut yang sekaligus hari pembukaan pameran secara resmi. Pamerannya sendiri digelar dalam waktu dua belas hari yaitu mulai tanggal 4 sampai dengan 15 Desember 2013.
Sosok Amalia Sigit, di lingkungan komunitasnya dan juga di lingkungan keluarga besar kami biasa memanggil beliau dengan sebutan Mbak Liliek. Lahir di Bandung lima puluh tahun silam, mengambil jurusan Desain Mode pada Akademi Seni Rupa dan Desain ISWI dan menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana di Institut Kesenian Jakarta pada Jurusan Desian Tekstil. Kiprahnya di dunia seni rupa sudah tidak diragukan lagi. Mulai dari mengajar di almamaternya (Akademi Seni Rupa dan Desain ISWI dan Institut Kesenian Jakarta), dan Lembaga Pendidikan Seni dan Desain Harry Darsono, menjadi desainer dan penata kostum pada operet yang diproduksi oleh beberapa lembaga dan rumah produksi, tim artistik set dan properti pada opera yang diproduksi oleh Teater Koma, dan segudang pengalaman lainnya.
Tentang tajuk Pulp Fiction sendiri, adalah berhubungan dengan bahan baku dari patung-patung yang dibuatnya. “Pulp” adalah sejenis materi olahan pabrik kertas berupa bubur atau semacam bubur yang kemudian dijadikan lembaran kertas. Sementara “Fiction” adalah sesuatu yang tidak nyata, fiksi. Dari dua kata ini Mbak Liliek mencoba menuangkan obsesi fantasi alam bawah sadarnya dalam wujud kisah yang aspiratif, sehingga dari hanya sekedar bubur kertas dibentuk karya-karya patung tiga dimensi yang sangat hidup, menakjubkan dan mewakili khayalan-khayalan serta obsesi fantasinya.
Dalam acara pembukaan, turut hadir dan memberikan sambutan adalah Bapak Bambang Subekti selaku Direktur Pusat Kesenian Jakarta. Kemudian Bapak Benny Ronald Tahalele sebagai Dewan Penulis dan juga penasehat beliau.
Hadir juga memberikan sambutan adalah orang yang berada dibalik ide-ide karya cemerlang-nya, yaitu Bapak Gerdi WK yang merupakan salah seorang tokoh komik Indonesia. Mbak Liliek menuliskan bahwa latar belakang gagasan visual proses kreatifnya terutama berawal dari ketertarikan pada tokoh Gina dalam serial komik karangan Bapak Gerdi WK. Gina adalah seorang pendekar wanita muda, cantik, sakti mandraguna, punya kemampuan menembus semua keterbatasan fisik, eksistensial, bertualang ke berbagai belahan bumi, bertemu dengan berbagai macam orang dan kebudayaan, yang kesemuanya memberi inspirasi buat Mbak Liliek dalam menuangkan ide buat karya-karyanya.
Mbak Liliek juga menampilkan sosok Ibunda tercinta. Sosok Ibu dan juga Bapak dikatakan beliau sebegitu memberikan pengaruh yang kuat memacu motivasi dalam menciptakan karya-karyanya. Sebagaimana yang dituliskan beliau dalam buku-nya pameran ini pun dipersembahkannya untuk Bapak dan Ibu-nya tercinta.
Melihat dan membidik patung-patung karya Mbak Liliek menimbulkan sensasi tersendiri bagi saya. Nuansa dunia khayalan begitu kuat karena diangkat dari gagasan-gagasan visual yang berawal dari ketertarikan pada sebuah tokoh ataupun sosok tertentu. Detail pengerjaan dan sentuhan pewarnaan yang berani juga menjadi faktor utama yang membuat karya-karya patung maupun lukisannya terlihat begitu hidup. Berikut adalah beberapa karya beliau yang dipajang dalam pameran kali ini. Nama dan penjelasannya saya kutip dari buku panduan yang dibagikan kepada tamu undangan yang hadir saat acara pembukaan tersebut.
“Fairies” (2005), adalah karyanya yang pertama berupa beberapa patung kecil yang dibuat dan diposisikan sedemikian rupa menyerupai sekumpulan sosok yang terbang dan menari bebas di udara. Ide dari karya ini adalah berasal dari impiannya waktu kecil yang ingin bisa terbang. Hmmm, saya pun dulu juga pernah bermimpi dan berkhayal bisa terbang, hehehe.
“The Best” (2005), The Best merupakan judul dari salah satu karyanya yang berupa wujud penyanyi Tina Turner dari bagian pinggang sampai kepala. Mbak liliek mengangkat sosok Tina Turner dalam karyanya karena dia adalah salah seorang penyanyi idolanya.
“Lola” (2005), sebuah karya patung yang membuat saya agak lama mencernanya. Karya ini berupa sebuah kepala dengan rambut tebal acak-acakan dipadu dengan bagian tangan dengan jemari yang mempunyai kuku-kuku panjang. Setelah membaca buku panduannya baru saya tahu maksud dari karya ini. Bermula dari keinginannya untuk mendeformasi bentuk anatomi ke wujud binatang dimana yang terpikirkan olehnya adalah berupa kepala singa yang sedang tidur, namun wujud singa ini hanya muncul pada rambut (yang acak-acakan dan kuku-kukunya). Sedangkan bagian wajahnya dibuat sebagai sosok wanita yang cantik.
“Miss Thornado” (2006), patung ini berwujud sesosok wanita cantik dengan rambut panjang bergelombang dimana bagian punggungnya berduri. Mungkin wujud manusia berduri tersebutlah yang kemudian diangkat oleh Mbak Liliek menjadi tema dari patung ini. “Miss” menunjukkan wujud wanita cantik dan “Thorn” menunjukkan unsur binatang berduri.
“Learn to Fly” (2006), sosok wanita cantik yang mengandung unsur binatang sepertinya menjadi fantasi utama yang diangkat oleh Mbak Liliek, begitu pula dengan karya patung yang satu ini. Judul Learn to Fly sendiri menurut beliau diambil dari lagu Pink Floyd. Membidik karya patung ini memberikan sensasi arti yang tersendiri dalam benak saya, satu sisi saya melihat sisi feminism seorang wanita cantik, namun di sisi lain unsur non human-nya juga begitu kuat, dipadu dengan pemilihan warna yang pas dan kuat. Sungguh menakjubkan.
“Like This” (2006), Sekali lagi sosok wanita cantik dengan unsur non human diangkat dalam hasil karya patungnya yang satu ini. Lebih ekstrim lagi unsur non human-nya lebih menonjol, ini terlihat dari sayap yang menyerupai sayap binatang sejenis kadal dalam film-film fiksi yang melekat pada punggung sosok wanita cantik tersebut dan juga tambahan unsur ekor. Dan seperti yang ditulisnya dalam buku panduan, judul Like This ini muncul karena gaya patung ini mengingatkan pada gerakan orang yang sedang memperagakan tarian.
“Lady from Dark Water” (2006), menyaksikan hasil karya beliau yang satu ini lagi-lagi membuat mulut berdecak kagum. Hasil karya patung ini seolah bercerita mengenai kemunculan seorang wanita cantik dari air di kegelapan. Entah benar atau tidak, tapi setidaknya kesan itulah yang tertangkap oleh pikiran saya.
“Miss Ovum” (2009), berbeda dengan tiga karya patung-nya di atas, patung ini benar-benar menampilkan sosok seorang wanita cantik tanpa busana dengan dikelilingi ornament berwujud telur. Sebagaimana penjelasannya, konsep yang akan dimunculkan dalam hasil karya ini adalah bahwa wanita direproduksi dan bereproduksi melalui telur (ovum).
“Miss Nudibranch” (2009), dalam karya ini kembali unsur manusia dipadukan dengan unsur non human. Ide pembuatan patung ini menurutnya adalah didasarkan pada ketertarikannya pada foto-foto Nudibranch (siput laut tanpa cangkang) dalam salah satu edisi National Geography. Dalam karyanya gelambir nudibranch digabungkan dengan tulang keropos.
“Hell Girl” (2010), memandangi lekat-lekat karya patung yang satu ini ada konotasi ngeri dan langsung terhubung dengan tokoh utama dalam film Hell Boy. Bedanya, kalau difilm tersebut makhluk yang muncul berwujud laki-laki dengan rupa yang sangar, nah di karya patung ini yang muncul justru wujud wanita cantik. Perwujudan wanita cantik inilah yang mengikis konotasi ngeri yang tercipta. Dan ternyata ide pembuatan patung ini berasal dari film tersebut.
“Run Like Hell” (2010). Ini adalah satu satu karya patung berukuran besar yang dibuatnya. Wujud wanita tetap menjadi tampilan utama. Dalam karya ini Mbak Liliek mencoba membuat patung yang keliatan bergerak dengan tambahan sirip ditubuhnya. Ide ini muncul dari sirip ikan hias (cupang) yang kelihatan selalu melambai walau dalam keadaan diam sekalipun. Seperti yang dia tulis, judul patung ini sendiri lagi-lagi diambil dari judul lagu Pink Floyd.
“Dreaming” (2013). Ini salah satu karya beliau yang saya sukai. Saya tidak begitu yakin ini masuk karya seni patung atau lukisan, namun sosok wanita cantik close up dengan model rambut acak-acakan tampak begitu hidup. Permainan warna yang dipakai juga semakin memperkuat karakter dari karya ini. Menurut yang dia tulis, seperti pada karya Tina Turner, lagu-lagu Debbie Harry dari Blondie menjadi pemacu adrenalinnya saat berkarya.
“Life Goes On” dan “The Show Must Go On” (2013), adalah dua karya patung beliau yang mengangkat figur Joker. Seperti kita tahu joker selalu ada dalam permainan kartu. Figur ini secara nyata mulai dikenal pada jaman pertengahan sebagai tokoh hiburan (cenderung kepada bahan lelucon) karena cacat entah cacat fisik maupun cacat mental.
Nasib mereka tentunya terpecah sesuai hukum alam, yang beruntung bisa menjadi penghibur kalangan bangsawan, sementara yang kurang beruntung menajdi penghibur pada tontonan kelas murahan. Mungkin karena kondisi keberadaan mereka yang mengalir mengikuti arus, maka kedua karya patung ini diberi tema sedemikian, Life Goes On dan The Show Must Go On.
“Hesitate” (2013), patung ini juga merupakan salah satu karya patung yang dibuatnya dalam ukuran besar dan utuh. Sesuai dengan temanya, patung ini seolah ingin menggambarkan sosok seorang wanita yang ragu-ragu dalam mengambil sikap, mau berdiri atau tetap duduk, mau terbang atau tetap diam dipijakannya. Secara jujur ditulis olehnya bahwa patung ini mencerminkan keragu-raguan yang kadang muncul begitu saja dalam dirinya dalam menilai talenta yang dia miliki.
Satu lagi karena beliau yang berukuran besar adalah “Keep Looking” (2013), lagi-lagi sosok wanita diangkat menjadi figure dalam karya patung ini. Tatapan tajam si wanita yang awas menatap ke depan pasti dibuat untuk maksud tertentu. Apapun maksud yang akan diangkat yang pasti karya patung ini sungguh menakjubkan.
Sementara beberapa karya lainnya yaitu “Shamiso” (2013), “Giggler” (2013), dan “Fantastic Drowse” (2013) memvisualisasikan sebahagian bentuk tubuh yang muncul dari permukaan bidang datar. Kesemuanya memunculkan sensasi artistic yang kuat.
Menyaksikan secara keseluruhan karya-karya Mbak Liliek menurut saya memberikan nuansa karya seni yang beda dari yang biasa. Entah karena saya yang kurang bergaul dengan karya-karya seni patung kontemporer atau memang demikian adanya, tapi setidaknya itulah yang saya tangkap. Umumnya seni patung yang saya ketahui dan lihat diangkat dari tema yang sudah umum dan dari wujud yang sudah umum pula. Berbeda dengan karya Mbak Liliek, padanan antara sisi human yang feminim dan unsur non human begitu kentara, tapi tetap tersaji sedemikian artistiknya. Ya itu lah seni, meskipun diangkat dari suatu tema, tapi tetap menimbulkan interpretasi yang berbeda bagi setiap kepala yang menyaksikannya. Akhirnya, takjub dan sukses terus buat Mbak Amalia “Liliek” Sigit.
Thanks Rel…. foto-fotonya bagus banget. Saya suka foto karya ‘Hesitate’ dan ‘Keep Looking’, atmosfir ‘beauty in the darkness’nya sangat terasa.
Waaaah…dapat kunjungan dari yang empunya karya… makasih mbak Liliek sudah mampir dimari….:-)
Kreennnn bangeettt
Pasti seru banget ya kalau bisa liat langsung. Hehe
Thanks